Sunday, October 31, 2010

Dari Trauma Menjadi seorang Juara Kompetisi Kopi sedunia

Waktu kami mengikuti Outbond persiapan Asean Skill Competition di bogor, salah seorang Alumnus ASC VI Brunei Darusalam 2006, Mengatakan bahwa sebelumnya dia adalah orang yg kuper, tidak suka bergaul, tetapi menjadi peserta kompetisi dan melalui pembentukan diri dalam proses Kompetisi ASC menjadikan dia seorang yang mandiri dan kuat. Ada baiknya kita menyimak cerita berikut ini :
Dari Trauma Hingga Menjadi Jura Dunia Kompetisi Kopi
JIKA saja tak ada peristiwa Bom Bali I yang meluluhlantakkan Sari Club Bar Legian,Kuta,pada 12 Oktober 2002,Agustinus Keri Tassi mungkin tak akan pernah menjadi seorang barista profesional.

Agustinus merupakan satu dari sekian deret korban tak langsung dari peristiwa yang meninggalkan kesan traumatik itu. Dia harus mengalami pemutusan hubungan kerja di Sari Club, tempat kerja yang telah menghidupinya selama enam tahun. Tak ingin larut dalam tekanan psikologis dan traumatis,Agustinus berusaha bangkit.Berbekal pengalaman bekerja di bar, jebolan sekolah pariwisata ini memutuskan bergabung di Caswell’s. Kebetulan, coffee shop itu baru saja membuka cabangnya di Bali pada Juli 2003 silam.

Selain untuk menyambung hidup, keputusannya itu juga menyangkut upayanya menghapus memori kejadian di Sari Club yang membuat dirinya kehilangan rekan-rekannya. Di tempat yang baru, Agustinus mendapat posisi sebagai video jockey (VJ) yang juga merangkap sebagai bar boy. Seiring bergulirnya waktu, dia pun berkesempatan dilatih sebagai barista. Barista merupakan sebutan peracik kopi profesional.

Kalau peramu minuman di bar dikenal sebagai bartender, maka peracik minuman kopi itulah yang disebut barista. Banyak yang belum mengenal profesi barista ini.Padahal di Italia, profesi ini cukup terhormat. Seseorang bisa disebut barista jika yang bersangkutan sudah berpengalaman dan mempunyai keahlian khusus dalam menyajikan kopi.

Sebagai minuman yang banyak digemari orang di planet ini, Agustinus merasa tertantang untuk meracik kopi sebagai minuman dengan cita rasa tertentu.Kopi tak hanya disajikan sebagai kopi tubruk, tapi banyak jenis turunannya seperti espresso, cappuccino, coffee latte, dan lain-lain. Intinya,bahan kopi boleh serupa, tapi jika teknik menyeduhnya berbeda, hasilnya pun pasti berbeda.

”Kopi bukan hal yang baru bagi saya karena sejak kecil saya sudah dikelilingi kebun kopi.Namun, profesi barista ini menjadi sesuatu yang awam,”sebutnya. Menjadi barista bukan sesuatu yang mudah.Apalagi pelatihan dari Caswell’s hanya digelar selama dua minggu untuk menjadikan dirinya dan teman-temannya seorang barista. Sempitnya waktu itu lantaran Caswell’s harus sudah beroperasi pada 16 Agustus 2003.

Alhasil,kegagalan mendapatkan cita rasa kopi yang diinginkan sering meleset.Kalau sudah begini,Agustinus mau tak mau harus mengulanginya dari nol lagi, lagi,dan lagi. Tekanan dan kebutuhan akan pekerjaan memaksanya untuk mempelajari teknik meramu kopi dengan baik dan untuk mendapatkan hasil akhir yang nikmat. Langkahnya untuk menjadi barista pun mendapatkan kendala ketika memperkenalkan sajian kopi yang berbeda dari yang dikenal lidah masyarakat lokal.

Perjuangan dan kegigihannya untuk menjadi barista yang semakin baik dari ke hari, mengantarkan dia sebagai barista terbaik di negeri ini pada Barista Kompetisi Indonesia II. Kompetisi itu dimaksudkan untuk memperkenalkan para barista di Indonesia. Prosedur perlombaan dimulai dari persiapan (preparation time), perlombaan (competition time),dan membersihkan area (clean-up). Di setiap tahapan itu, masing- masing barista hanya diberi waktu 15 menit.

Kriteria penilaian meliputi kebersihan area kompetisi, evaluasi rasa,penyajian minuman, dan pengetahuan teknik peralatan dan mesin kopi. Kompetisi barista kedua ini diketuai langsung oleh Mr Ross Bright, Certified 2007 World Barista Championships (WBC) yang didampingi beberapa juri asal Indonesia.

Lomba itu akhirnya menetapkan tiga pemenang dengan Agustinus Tassi dari Caswell’s Fine Coffes & Teas dinobatkan sebagai juara pertama. Dengan rendah hati, dia mengaku tidak pernah menyangka akan menyandang gelar itu. Meski gagal menang dalam kejuaraan WBC 2008,dia telah mengenalkan kopi Indonesia kepada dunia. ”Menang atau kalah, yang penting kita menjadi The Best Barista in Asia.

Tujuan saya menjadi barista adalah ingin mengenalkan kopi Indonesia kepada dunia dan menjadi bagian dari dunia kopi Indonesia,” cetusnya.

No comments: