Thursday, March 1, 2012

PERBEDAAN SYSTEM FOB & CMT BUSSINES

Ada beberapa pengusaha mempunyai akses perdagangan langsung dengan pembeli luar negri sehingga pengusaha ini mempunyai order dengan kondisi FOB (free on Board), CnF (Cost and Freight) atau CIF (Cost Insurance and Freight). Tetapi untuk pengusaha-pengusaha yang belum melakukan transaksi langsung dengan pembeli luar negeri maka akan menjadi sub contractor dari pengusaha yang bertransaksi langsung dengan buyer luar negeri, Pengusaha ini akan melakukan proses CMT (Cut, Making and Trimming) Tetapi saya tidak akan membahas tentang sistem pengapalan.
Topik yang akan saya bahas disini adalah perbedaan sistem pengusaha-pengusaha yg mendapatkan order-order secara langsung dan oengusaha yang melakukan proses CMT saja. Pengusaha dengan FOB bussines pada saat menghitung harga jual biasanya salah satu komponen harga yang dimasukan adalah CMT cost, diluar itu tentu saja ada komponen-komponen harga lain seperti : main material, accesories, handling document fee, overhead cost, profit margin. Jadi CMT cost adalah salah satu bagian kecil dalam komponen harga, sehingga biasanya pengusaha-pengusaha yang menjalan usaha dgn system FOB melakukan pekerjaan yang lebih rumit dan panjang, tetapi hal ini dibarengi dengan keuntungan yang lebih besar dibanding dengan pengusaha yang menggunakan sistem CM Bussiness atau CMT bussiness.

Hal ini pernah terjadi di negara Vietnam sebelum tahun 2006. Saat itu Vietnam masih belum bergabung dalam WTO (World Trade Organization). sehingga peraturan perdagangan Bilateral masih diperbolehkan bagi negara-negara yang belum bergabung dalam WTO. Seperti diketahui bahwa Vietnam mempunyai sejarah perang dengan Perancis dan Amerika, dan sebelum sistem Quota dihapus, maka produsen garmen dunia yang memiliki quota adalah produsen yg mempunyai hubungan baik dengan negara-negara pembeli. China dan Vietnam tidak mempunyai quota saat itu, karena barat masih menilai bahwa negara ini tidak demokratis sehingga, sekalipun memiliki quota, maka jumlahnya sangat sedikit. Misal bila di hitung jumlah supplier CHina, pekerja China dibanding dengan supplier Indonesia/ pekerja Indonesia di bidang garmen, China memiliki jumlah 10 kali dari jumlah yang ada di Indonesia. Tetapi Jumlah Quota yang dimiliki oleh pengusaha garmen indonesia 10 kali lebih besar dari yang dimiliki pengusaha-pengusaha garmen China. Pada saat masih diberlakukannya sistem Quota, Quota menjadi item yang diperjual belikan, sehingga pengusaha-pengusaha China yang ingin meng-eksport produknya ke eropa / amerika, maka mereka harus rela membeli quota dengan harga yang cukup tinggi.
Kembali kepada Vietnam yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan negara-negara pembeli seperti eropa dan Amerika akhirnya melakukan bisnis industri garmen mereka dengan CMT Bussines, artinya mereka menerima order dari negara-megara yang mempunyai hubungan langsung dengan pembeli luar negri seperti : Hongkong, Jepang bahkan dari Indonesia. Sebagai industri yang melakukan CMT based, tentu saja keuntungan usahanya sangat kecil, karena harga maksimal yang bisa didapat ya hanya dari 1 komponen harga saja. Hal ini menyebabkan para pengusaha yang ingin mendapatkan keuntungan dengan sistem CMT ini harus berjuang meningkatkan kapasitas semaksimal mungkin, karena artinya mereka akan mendapatkan omset yang besar.
Ternyata hal ini berpengaruh secara langsung terhadap sistem pendidikan di negara tersebut. Mengapa? Para pengusaha yang ingin mendapat kapasitas yang besar tentu membutuhkan SDM-SDM yang terampil, produktif efektif dan effisien. Biasanya orang yang dalam keadaan kepepet akan strugle dalam menjalankan hidupnya, inilah yang patut dicatat dan diacungi jempol. Para pengusaha di Vietnam mendesak ke pemerintah dan pengelola sistem pendidikan untuk menyikapi kebutuhan SDM terampil ini dengan membuat sistem pendidikan yang baik juga.
Saya pernah terlibat dalam salah satu sekolah kejuruan menjahit di Vietnam, dan saya sangat salut dengan mereka karena dari 4 tahun periode pendidikan disana 1, 5 tahun diantaranya mereka benar-benar melakukan kerja seperti industri garmen. Dalam sekolah ada line produksi dan menjadi sarana latihan produksi dan mengerjakan pekerjaan dari industri garmen dengan standar kualitas dan kecepatan yang ditentukan oleh perusahaan. Artinya sejak dari sekolah mereka sudah di kondisikan untuk bekerja cepat.
Ini yang meyebabkan Negara Vietnam saat ini menjadi sasaran para pembeli luar negri dan sasaran investasi bisnis setelah mereka bergabung dengan WTO. Karena mereka bisa menikmati keuntungan yang lebih besar saat produsen garmen vietnam melakukan perdagangan dengan FOB system.
Mereka sudah terbiasa bekerja cepat saat sistem CMT, sehingga ketika berubah dengan sistem FOB, mereka bisa mendapatkan kapasitas yg besar dan tentunya keuntangan yang besar, bukan hanya dari Profit margin tetapi produktivitas kerja yang baik artinya Overhead cost mereka juga kecil, dengan sendirinya akan memperbesar profit margin mereka.
Hal yang memprihatinkan justru di Indonesia, Industri kita ini sudah lama berdiri, dari segala pengalaman berdagang dengan pembeli luar negri sudah luar bisa hebat. Industri Garmen di Indonesia sudah ada sejak tahun 1921 dengan industri kain di daerah Majalaya. Tetapi ternyata tidak menjamin bisa mengantisipasi dan bertahan dalam persaingan bisnis di bidang garmen dengan produsen luar negri. Beberapa kali perusahaan-perusahaan garmen Indonesia di landa krisis, karena tidak mampu bersaing dengan supllier luar negri. Dan yang menjadi catatan terpenting ketidak mampuan para produsen garmen kita ini adalah karena faktor lemahnya SDM kita.
Industri garmen Indonesia telah menjalan dengan sistem FOB sejak awalnya, tetapi mereka malah kalah dengan negara yang baru berbisnis, sejak tahun 2006 angka eksport produk garmen indonesia ke eropa dan amerika sudah mampu disusul oleh negara kecil dan baru di bidang garment, Vietnam.
Kita perlu waspada bila kita ingin tetap bertahan dalam persaingan global, dengan meningkatkan kompetensi SDM muda indonesia dengan membenahi sistem pendidikan dan sistem pelatihan kita. Kalau kita perduli dan mau mengurangi pengangguran, maka bantu industri yang mampu menyerap banyak penggangguran di negara kita tercinta ini.
Mulai mengerjakan dari hal yang kecil disekitar kita dan saat ini juga, semoga indonesia masih berjaya.

No comments: