Monday, October 11, 2010

PENDIDIKAN Vs KEBUTUHAN


Kemarin saya terlibat dalam penyusunan Kurikulum Program Pelatihan termasuk silabus untuk para penyandang cacat di Balai Besar Rehabilitasi Vocasional Bina Daksa Bogor. Mengawali penyusunan diberikan outline penyusunan Kurikulum, yaitu :
untuk menyusun kurikulum perlu diperhatikan adalah :
1. Tujuan Program Pelatihan
2. Materi Pelatihan
3. Proses Pelatihan (metode, Jumlah jam dan alat)
4. Evaluasi


Dalam Pelatihan kita sudah mempunyai kurikulum baku yang berlaku secara nasional, oleh sebab itu dalam penyusunan Kurikulum untuk ABK (Anak berkebutuhan Khusus) harus dipadukan dengan jenis keterbatasan anak didik. Dalam proses penyusunan nya kita bisa saja menduplikasi kurikulum yang sudah ada, atau memodifikasi sesuai dengan kondisi ABK atau Mensubtitusi kurikulum. Memang cukup ribet sih, karena model kurikulumnya memang jadi harus agak banyak. Tetapi akhirnya diputuskan ada standar-standar minimal pencapai untuk ABK dalam Pelatihan, sebertulnya kuncinya jadi mengarah kepada kemampuan instruktur untuk mengidentifikasi kebutuhan dan jenis pelatihan yang harus diberikan kepada para ABK, disesuaikan pula dengan ketersedian sarana dan prasarana yang ada.

Apabila kita mengarah pada Tujuan Pelatihan, maka kita tidak lepas pada demand/ ketersediaan lowongan pada DUDI (Dunia Industri). Industri kita memang membutuhkan SDM yang Kompeten untuk membantu peningkatan produktivitas, Efisiensi dan efektivitas kerja. Oleh sebab itu tujuan pelatihan haruslah mampu membentuk SDM Kompeten sesuai dengan kebutuhan industri tersebut.

Di Industri garment, Pengerjaan produk dikerjakan oleh 1 kelompok/ group/ line produksi. Masing-masing operator adalah bagian dari kelompok/group/line tersebut. Dan mereka hanya mengerjakan salah satu proses dan banyak proses. Pembatasan tersebut tentunya dimaksud agar para operator, walau tidak kompeten dalam semua proses produksi, tetapi diharapkan dengan kompeten di proses yang diberikan akan makin mempertajam kemampuan operator tersebut.

Sehingga ketika kita kembali dihadapkan pada program latihan sebetulnya akan lebih mudah dalam penyusunan program, karena materi latihan pada orang-orang menjadi lebih sedikit. Tetapi secara umum dalam setiap proses kepada setiap orang yang harus dipahami adalah bahwa para siswa itu harus paham bahwa dalam proses yang diberikan kepadanya mereka harus bisa mencapainya dalam standar waktu dan standar kualitas yang diminta dunia industri sebagai calon pemakai mereka nantinya.

Memang sedikit membosankan dalam proses pelatihan, karena materinya sangat monoton. Tetapi disini pula kompetensi instruktur diperlukan, karena bila hanya mengerjakan 1 proses saja akan sangat tidak menarik.

Saya pernah mengikuti Pelatihan di Jepang : Masing -masing peserta pelatihan diberikan satu bentuk mozaik dengan spesifikasi warna, ukuran dan detail lainnya yang sangat jelas. Setiap kami diberikan penegasan bahwa harus membuatnya dengan serius dan mengikuti ukuran, tidak perduli berapa kali gagal yang dibuat untuk membuatnya sesuai dengan spesifikasi yang diberikan, yang penting standar-standar minimal yang diminta terpenuhi. Saat membuatnya semua di buat di tempat yang terpisah dan masing-masing tidak tau sebenarnya buat apa yang kami buat tersebut, ada yang kesel kemudian ngeluh, karena gagal berkali-kali, ada yang sangat tekun, ada yang hati-hati, ada yg asal jadi, pokoknya standar minimum terpenuhi. Setelah jadi mereka semua dikumpulkan, dan masing-masing hasil diminta ditaruh dalam sebuah frame yg disediakan. Kami berjumlah 125 orang saat itu, berarti ada 125 bagian, saat kami satukan... AMAZING, ternyata kami membuat 1 gambar Kimono yang sangat cantik. Memang ada bagian-bagian yang harus dipaksakan masuk karena ada spesifikasi ukuran yang tidak pas dibuat oleh salah satu dari peserta, atau warna yang dipakai agak sedikit muda, dan lain-lain. Tetapi initinya kami dibuat kagum oleh pekerjaan yang kami buat tersebut.

Dalam Program Pelatihan Instruktur harus mampu membuat para operator itu sebagai bagian dari mozaik-mozaik, mereka harus digabungkan dalam membuat produk yang nantinya kelihatan oleh mereka, sehingga mereka bisa melihat betapa indahnya produk yang dihasilkan bersama-sama, jadi kesan monoton dan membosankan akan menjadi hilang.
Intinya Tenaga Kepalatihan dalam institusi Pelatihan harus berproses dan menajamkan diri untuk akhirnya menghasilkan para lulusan yang kompeten dan persis seperti permintaan Industri.

Yang Sangat disayangkan sebetulnya adalah para industri-industri yang sebenarnya pemakai lulusan, mereka terlalu sombong dan terlalu pelit, mereka merasa bahwa "gua koq yang nantinya bayar elu, jadi gimana gua dong". wah... wah... pantesan industri kita kurang kompetitif dan mudah di libas sama industri china.
Saya pernah kerjasama dengan salah satu industri di Malaysia, saat kontrak tanda tangan pelatihan dengan kami institusi Pelatihan, point pertama dalam Pelatihan adalah :
1. KAMI MEMBAYAR 1 OPERATOR...... JUTA
nah lho.... mengapa mereka menempatkan point ini di point pertama? Ini menunjukan bahwa merekalah yang perlu tenaga kerja tersebut, makanya mereka berani membayar, bahkan saya bisa katakan berani bayar MAHAL.
Point Ke 2 adalah : Setiap OPerator yang dilatih HARUS MAMPU MENJALANKAN PROSES DAN MEMENUHI STANDAR WAKTU DAN KUALITAS seperti dalam LIST OPERATOR YANG DIBUTUHKAN.
Dalam lampirannya perusahaan tersebut menuliskan : Tenaga Overdeck u/ mengerjakan proses bla..bla.. 3 Orang, Tenaga Obras u/ proses bla.... bla.. sekian orang, Tenaga di Mesin Jahit Jarum 1 untuk Proses bla.. bla.. sekian orang, proses bla... bla sekian orang. Begitu Rincinya mereka menyebut proses dan jenis mesin yang dipakai. TERMASUK STANDAR WAKTU YANG HARUS DICAPAI U/ PROSES -PROSES TERSEBUT.

Berdasarkan list permintaan tersebut kami sangat semangat, karena kami dibayar mahal u/ setiap lulusan, dan kedua kami sangat mudah melatih karena kebutuhannya jelas. Untuk mencegah kebosanan karena pelatihan yang monoton , kami memproduksi secara full line persis seperti setingan perusahaan yg meminta, sehingga pada akhir pelatihan kita tidak hanya menghasilkan para calon tenaga kompeten, tetapi kami juga mempunyai banyak sekali produk-produk yang layak jual.

Jadi Kerjasama antara Dunia Industri dan Lembaga Pelatihan akan sangat menentukan Kompetitifnes kita di masa mendatang, oleh sebab itu MARILAH BERUBAH dan MULAILAH BEKERJASAMA untuk memajukan industri Garment di Indonesia dengan mengedapankan program pelatihan berbasis kompetensi.

No comments: