![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJRQjiGuLWEXxlLfgvwzZCnZLR6fzWV1nwLcJ3nktOf6RsOFdOKxN_QlMU6w4xgJtnxSgPWyG4OUTIYUUCvRGTNJXWqeMCyw8Ajhd4026YFLzYUqRmtlfTmvphMYWVYs2ZAcozaUPRKxo/s320/nganggur.bmp)
Dalam suatu seminar saya di protes oleh sahabat saya, salah seorang aktifis di salah satu serikat pekerja, apa pasalnya? saya mengatakan bahwa provokator demo adalah orang ga kompeten. Waduh gawat, bukan hanya protes, ternyata dia marah besar kepada saya.
Kemudian saya jelaskan kepada sahabat saya, sebenarnya apa sih yang dicari orang kerja? mungkin banyak alasannya, karirlah, cari sesuap nasi lah, cari segenggam berlian, dll. Tapi intinya adalah cari duit. Duit yang segede apa? da Rp.500 juga duit, tapi dikasih Rp. 500,- tentu saja ga mau. Makanya banyak sekali mereka para pekerja menjawab, duit yang layak lah.
Duit yang layak itu haruslah duit yang bisa menghidupi dan memberdayakan, artinya bukan hanya untuk bisa mengisi perut tetapi bagaimana bisa memberi kesehatan, bisa memberi pendidikan bagi anak-anak. Tapi akhirnya kembali duitnya dari siapa? ya dari pemberi kerja/ pengusaha. Jadi intinya kalo perlu duit ya cari pengusaha, makanya jangan di demo.
Pengusaha bisa bikin duit kalo kerjaannya beres, kerjaan beres kalo dikerjakan dengan baik (Catat dengan baik), Kerjaan bisa dikerjakan dengan baik, kalau dikerjakan oleh orang-orang yang kompeten.
Saya ingat betul kawan saya 'si butet' sangat bersemangat saat kutanya apa definisi kompeten???
Kompeten adalah : Apabila bisa mengerjakan pekerjaan yang diberikan sesuai standar tertentu dan waktu tertentu. Jadi tenaga yang kompeten adalah tenaga yang bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar/ persyaratan yang diminta.
Nah yang jadi permasalahan, apakah para pekerja kita ini kompeten atau tidak? kalau dikatakan kompeten, kenapa perusahaan/ pengusaha tetap panik dan mengatakan merugi? (Ini ga bohong lho, saya ambil contoh di industri garment : menurut data statistik lebih dari 100 pabrik garment tutup sejak tahun 2006). Nah kalo benar merugi, bagaimana bisa memberi upah yang layak? karena tidak bisa memberi upah yang layak, makanya pabriknya di demo.
Waduh pusing juga mueter-mueter terus, apa sebenarnya pokok permasalahannya? apakah perusahaan ga serius bikin pabrik, makanya mereka memberi upah yang kurang layak? Saya harus berkata jujur, saat ini kalau ada perusahaan yang berusaha berdiri pada masa sulit sekarang ini, patut diacungi jempol 4 (dua di tangan dua di kaki). Karena bagi saya mereka ini adalah para pahlawan ekonomi yang sesungguhnya. Dalam kondisi sekarang ini mereka mau bertahan, supaya para pekerjanya mempunyai penghasilan dan bisa melanjutkan hidupnya, walau bagi mereka tidak ada untung, hanya cukup untuk bayar gaji. Tapi saya katakan, ada batasan, dimana orang tidak bisa lagi bertahan, karena suatu saat orang seperti ini juga akan punah.
Apabila punah, bagaimana dengan nasib para pekerjanya? karena industri ini adalah industri padat karya, yang mempunyai kemampuan mempekerjakan jumlah tenaga kerja yg banyak. Menurut data saat ini orang-orang yang terjun dalam bisnis TPT ini adalah sekitar 16 juta orang. Bisa anda bayangkan apabila 50% saja industri TPT kita tutup/ bangkrut, maka akan menganggur sekitar 8 juta orang. Apabila masing masing membiaya 4 orang saja, berarti perut yang akan terganggu adalah 4o juta orang, wah wah angka yang pantastis, katanya penduduk indonesia 240 jt orang, maka penduduk miskin kita akan bertambah 1/6 penduduk Indonesia atau sekitar 16.67%. waduh mumet rek ngitunge....
Jadi Kompetensi itu harus ada buktinya, buktinya apa? setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, sehingga perusahaan akhirnya ber untung, kalau perusahaan beruntung, maka ia HARUS membayar upah dengan layak, kalau pekerja dapat upah yang layak ngapain demo???? mendingan nonton wakil rakyat yang lagi berantem.... bener ga? bener ga???? he he he wesssss dulu ahhhh, ntar disambung lagi
No comments:
Post a Comment