Friday, June 24, 2011

APAKAH KITA HANYA BISA JADI BABU????

Sungguh menyedihkan memang nasib yang menimpa saudara kita di bekasi, Ibu Ruyati yang di harus diakhiri hidupnya dengan hukuman pancung. Belum lagi beberapa banyak saudara kita yang saat ini pun menunggu putusan hukuman pancung, dan hukuman lainnya di luar negri.
Sudah bukan rahasia kalau banyak TKI yang menjadi PRT di luar negri dalam upaya meraih penghasilan di negri orang tetapi malah mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari para majikannya, mulai dari yang dianiaya, tidak diberi makan, diperkosa, bahkan sampai di bunuh. Itukah potret dari kualitas bangsa ini di mata dunia?

Saya sebagai orang yang bergerak dalam pembinaan kompetensi merasa malu, apakah benar tidak ada lagi potensi lain sehingga kita harus mengirim warga negara kita yang adalah saudara-saudara kita untuk diperlakukan sewenang-wenang?

President Worldskill Organization, Mr. Tjerk Dusseldorf pernah mengatakan : " Competency will become next currency system".  Di Thailand ada istilah : "Kalau anda ingin membangun bangsa, bangunlah kompetensi bangsamu", Dan tidak salah kalau saya mengatakan bahwa : "Our SKill Our Future", itu adalah semboyan kita di Kompetisi Keterampilan Asia Tenggara.

Tahun 2006, saat anak didik saya (Nerly sophia Talan dari NTT)mengangkat Medali emas di Lomba keterampilan menjahit (Ladies Dress Making) di Brunei, saya menangis. Saya terharu, karena ternyata ada anak Bangsa yang bisa berprestasi luar biasa, selain menjadi pembantu rumah tangga. Bahkan pada tahun 2006 tersebut anak-anak muda kita bisa meraih medali emas di bidang AUtomotif (2 emas), Tukang Membuat Meubel (Cabine Making) 1 emas, Tukang Tembok/ menyusun bata (Brick laying) 1 emas, IT SOftware Application 1 Emas, 1 Perak.

Ini menunjukan bahwa bila dikembangkan kompetensi bangsa, maka justru akan menarik para investor dari luar negri ke negri ini. Sekarang dengan buruknya sistem pendidikan keterampilan di negri ini, kompetensi SDM kita, masih jauh dari yang diharapkan. Masih banyak orang yang lebih suka mengemis dari pada harus bekerja keras mengandalkan keterampilannya.

Saat ini para investorpun mulai hengkang dari negara ini, karena banyaknya pekerja kita yang lebih suka berdemo. Kita saat ini masih ada dilevel terbawah dalam tingkat produktivitas bangsa. Nah sampai kapan kita berada pada kondisi seperti ini????

Marilah kita bersama-sama mendorong pengembangan kompetensi anak bangsa, supaya kita bisa membangun masa depan bangsa.

3 comments:

Nur Hidayat said...

Betul sekali pak
our skill our future...

dan satu lagi yang sangat tidak kalah penting dan mendasar adalah kesadaran akan hal itu pak,karena selama ini tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa sekolah adalah semata-mata menggugurkan kewajiban saja.alhasil sangat disayangkan banyak benih potensi yang tidak berkembang.

Dalam kaitan ini untuk menanggulangi permasalah ini sedini mungkin diperlukan peran serta aktif orang tua dalam mengarahkan perilaku anak-anaknya untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Jika pola fikir dan karakter anak sudah terbentuk baik maka jalan menuju kompetensi yang disenangi masing2 akan lebih baik pula.

Akan tetapi jika pola fikir dan karakter anak tidak baik maka kompetensi bukanlah suatu tujuan tapi hanya impian...

Semangat terus pak Nathan,semoga sukses selalu dalam pembinaan kompetensi anak-anak muda :)

Distributor said...

abang semakin membawa impact to the nations bang,menginfluence the cities,ini namanya Destiny ilahi ya bang.maju terus bang.

Unknown said...

siplah... lanjutkan nur!!!!!!