Permasalahan Utama industry Garmen di Indonesia adalah, lemahnya Qualitas Sumberdaya yang dimilikinya. Bila di bandingkan dengan indeks produktivitas yang dikeluarkan oleh IPO ( International Productivity organization) yang setiap tahunnya mengeluarkan Total factor Productivity Indeks (TFP-Indeks). Indonesia memiliki TFP Indeks hanya 58%. Bila dibandingkan dengan Honduras dan China yang memiliki TFP Indeks 100%, atau Vietnam dan Singapura yang memiliki TFP indeks 98%, Atau Thailand 91%, Malaysia dan Philipines 87%. TFP Indeks diukur dari Berapa output yang dikeluarkan SDM dalam 1 tahun, dengan menghitung jumlah jam yang dipakai, jumlah sdm yang terlibat, jumlah kehadiran sdm dalam 1 tahun. Dan dibandingkan dengan standar output 1 tahun dengan memperhitungkan factor-faktor lost time yang diperbolehkan.
Melihat angka indeks yang begitu menyedihkan, menyiratkan bahwa sebenarnya kita akan kalah bersaing dalam kancah perdagangan global. Bukti bahwa kita kalah bersaing dengan Negara yang kecil seperti Vietnam yang hanya seluas Pulau jawa adalah : Kita Impor Gula dan Beras dari Vietnam. Angka perdagangan Garmen kita ke Eropa dan Amerika selalu di bawah Vietnam sejak tahun 2007, padahal Vietnam baru bergabung di WTO tahun 2006.
Saat ini China mulai tidak bisa mempertahankan industry garmennya karena upah buruh disana sudah mulai merangkak naik, kebanyakan pekerja di China lebih memilih industry yang mengembangkan teknologi tinggi (Komputer, HP, Automotive). Yang membutuhkan tingkat keterampilan tinggi dan tentunya dengan rate salary yang baik. Kalau di Tanya produktivitas Pekerja China sudah tidak diragukan lagi. Oleh sebab itu banyak order-order garmen dari China mulai berdatangan kembali ke Indonesia. Baru-baru ini Wapres Budiono mendapat masukan dari KADIN, API mengenai tingginya kebutuhan tenaga kerja baru di sector Garmen (pakaian dan Alas kaki). Saat ini dibutuhkan tambahan 40.000 pekerja baru (operatir menjahit) di Jawa Tengah dan Jawa Barat).
Kalau nantinya SDM-SDM ini tidak produktif, maka dapat dipastikan tidak akan banyak membantu untuk perkembangan industry garmen di kemudian hari. Agar SDM-SDM ini bisa berkembang secara kompetensi, maka dibutuhkan pelatihan-pelatihan yang khusus untuk para pekerja baru ini.
Pelatihan-pelatihan untuk industri garmen harus dilaksanakan secara optimal supaya dalam waktu yang singkat kompetensi dasar tercapai, sehingga biaya pelatihanpun bisa di hemat. Pelatihan operator Industri garmen berbeda dengan pelatihan seoran tailor atau penjahit yg bertujuan untuk wira usaha. karena untuk operator jahit di industri garmen seorang operator menjahit tidak perlu bisa menjahit seluruh bagian baju, karena operator menjahit muda sampai mahir, mereka menjahit proses-proses tertentu saja. jadi jenis pelatihan memang disesuaikan dengan standar kompetensi operator jahit industri.
Sesuai dengan kebutuhan tersebut di PPGB telah diadakan Pelatihan untuk :
- Operator Muda Menjahit
- Operator Madya Menjahit
- Operator Mahir Menjahit
- Staff Ahli Menjahit (sample)
- Supervisor Menjahit
- Operator Muda Potong Kain
- Operator Madya Potong Kain
- Supervisor Potong Kain
- Teknisi Muda Mesin Jahit
- Teknisi Madya Mesin jahit
- Teknisi Mahir Mesin Jahit
- Operator Muda Finishing
- Operator Madya Finishing
- Supervisor Finishing
- Operator muda Quality Control
- Operator Madya Quality Control
- Supervisor Quality Control
- Pambuat Pola Manual
- Pembuat Pola Komputer
- Administrasi Produksi
- Administrasi pembelian (kain dan Assesories)
- Garmen Engginering
Apabila kita bisa mengatur jumlah jam pelatihan sesuai dengan kompetensi industri maka kita bisa mencapai kompetensi dasar dengan waktu dan biaya yang efisien.
PPGB sendiri adalah Pusat Pelatihan Garmen yang banyak memiliki pengalaman dalam melatih tenaga kerja di bidang garmen dan lulusan PPGB telah banyak bekerja di Industri Garmen di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Yordania. PPGB sendiri telah memberikan pelatihan-pelatihan kepada para supervisor produksi dan staff-staff ahli garmen di bidang Garmen Engineering di Perusahaan-perusahaan Garmen, di Tanggerang, Jakarta, Bekasi, Bandung, Semarang dan Surabaya.
Kalau ingin mendapat informasi bisa kirim E-mail
Nathanael Suryadi Pimpinan PPGB adalah Direktur Kompartemen PIKI (Persatuan Instruktur Kompeten Indonesia), memiliki pengalaman di Industri Garmen selama 28 Tahun. Saat ini Menulis literarur Bidang garmen mengenai : Sejarah Industri Garmen indonesia, Quality Control dan Quality Asurance, Bagaimana Membentuk Supervisor produksi yang handal, Aplikasi ilmu IE di industri Garmen. Mengajar di Berbagai perusaaan dan memberikan pelatihan bagi supervisor produksi dan staff IE garmen. Menjadi Mitra Pelatihan bagi pelatihan Middle Managemen staff untuk beberapa perusahaan garmen. Menjadi Juri nasional di berbagai event kompetsisi Nasional bidang Busana, Juga Menjadi Juri tingkat Asia Tenggara dan Dunia dan berhasil membawa Beberapa Medali Emas.
1 comment:
hello... Pak selamat pagi, saya suka sekali membaca artikel yang dibuat,boleh tanya g sebenarnya seorang supervisor produksi memiliki kewenangan dan tugas seperti apa dalam industri garmen? trus jabatan apa saja yang ada dalam sebuah perusahaan garmen? mohon jawabannya terima kasih....
Post a Comment