Monday, October 18, 2010

SISTEM PENDIDIKAN HIDUP

Di beberapa negara kita pernah kenal apa yang disebut dengan “wajib militer”. Tidak jarang orang yang ikut dalam program tersebut tidak hanya di tempatkan secara administrative saja, tetapi benar-benar dilatih untuk berperang dan memang mereka berangkat untuk berperang. Oleh sebab itu para instruktur yang ditempatkan untuk melatih adalah orang-orang yang sangat disiplin dan mereka adalah para tentara senior yang baru berperang di Vietnam. Jadi apa yang mereka ajarkan adalah apa yang mereka sudah lakukan dan mereka adalah tentara-tentara terlatih yang sudah berperang dan menang.


Di Indonesia ada juga yang disebut “MENWA = Resimen Mahasiswa”, mereka-mereka ini juga dilatih untuk menggunakan senjata, tapi tujuan dari pelatihan ini bukan ditujukan untuk masuk dalam perang yang sebenarnya. Mereka hanya dilatih untuk menggunakan senjata tetapi mungkin secara mental bertempur mereka tidak begitu ditekankan, berbeda dengan tentara itu sendiri. Di kemiliteran kita mengenal istilah “Lebih baik mandi keringat di medan pertempuran daripada mandi darah di medan pertempuran”. Inilah yang diterapkan pada tentara-tentara yang dipersiapkan untuk menghadapi pertempuran yang sebenarnya.

Di dalam postingan saya terdahulu, saya pernah menjelaskan bahwa persaingan dalam hidup akan semakin ketat/ sulit, siapa yang bisa bertahan adalah mereka-mereka yang dipersiapkan dalam medan latihan dengan instruktur-instruktur yang memang telah bertempur dan menang dalam pertempuran hidup yang sebenarnya. Bukan hanya sekedar teori.

Robert Kiyosaki dalam bukunya “ Bussines school” menyebutkan dengan jelas apa bedanya pendidikan dalam sekolah formal dan apa yang diajarkan dalam sekolah kehidupan. Di sekolah formal ditekankan jangan membuat kesalahan kalau salah nilainya ‘jeblog’ atau kamu tidak akan mendapat pekerjaan yang baik. Jadi secara mereka lebih takut melakukan kesalahan. Di sekolah kehidupan justru kita diajarkan justru kesalahan itu adalah suatu kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan memperbaiki untuk langkah selanjutnya.

Saya jadi ingat tulisan salah satu murid, anak dan teman yang sangat baik sdr Dian Nugraha, yang menuliskan : “Experience is a dear teacher”, Dian mengupas bahwa kata ‘dea; dalam idiom di atas bukan diartikan ‘baik’ seperti yang sering kita dengar dalam bahasa Indonesia sering diartikan bahwa “pengalaman adalah guru yang baik”, tetapi kata ‘dear’ itu diambil dari kata ‘duur’ yang artinya ‘mahal’. Jadi kalau kita artikan, “pengalaman itu adalah Guru yang mahal”. Nah jadi mungkin dalam belajar tersebut kita harus menanggung kerugian yang sangat banyak, tetapi bila kita menjadikan kerugian itu sebagai biaya yang sangat mahal dalam proses pembelajaran, maka kita harus mempelajari kesalahan itu dan kita bisa mengulanginya dan menjadi sukses.

Seorang yang sekolah berenang tentu tidak cukup belajar secara teori, oh ambil nafa harus begini dan gerakannya harus begitu. Apabila dia secara fasih dan hafal teori berenang dan dia tidak pernah masuk dalam kolam renang, belum tentu ia bisa berenang. Belajar berenang haruslah di kolam renang, praktek langsung.
Seorang anak yang belajar naik sepeda roda 2 dan terjatuh saat belajar dan mungkin saja terluka karena jatuh tersebut, untuk melatih dan bisa naik sepedah, anak tersebut harus terus mencoba dan jangan berhenti mencoba, sampai dia bisa mengendalikan sepeda dengan baik. Setelah bisa kemampuan dia mengendalikan sepeda harus dikembangkan tidak hanya putar-putar di sekitar komplek yang sepi, tetapi di kondisi yang lebih luas dan lebih ramai.

Mengajarkan dengan pola dihadapkan pada lingkungan yang sebenarnya adalah media pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak berarti bahwa pelajaran teori menjadi tidak penting, tetapi kita harus mengasah aspek pembelajaran di berbagai sisi kehidupan: yaitu aspek : Fisik, Mental, Spritual dan Emosional. Dalam sekolah formal yang ditekankan adalah bagaimana kita membaca, menulis, berhitungan yang sering disebut dengan ‘kecakapan kognitif’. Tapi tentu saja itu tidak cukup dalam menjalani kehidupan yang kian sulit. Oleh sebab itu ada aspek aspek lain yang harus kita perhatikan dalam pembentukan karakter, sikap setiap orang.

Untuk sementara saya cukupkan dahulu sampai disini dan saya akan sambung kembali di postingan berikutnya, salam sukses.

No comments: